Kadangkala kita harus berusaha sendiri untuk mewujudkan suatu keinginan terutama apabila apa yang kita minati tidak sesuai dengan keinginan atau program pemerintah daerah tempat dimana kita tinggal. Dan sudah seharusnya bahwa hal tersebut tidak menyurutkan niat kita untuk terus berkreasi dan melakukan segalanya dengan swadaya terutama saat pihak otoritas tidak memberikan dukungan yang mereka butuhkan.
Hal inilah yang benar-benar terjadi di kota Solo, dimana sebagian warganya, terutama kaum muda yang menyuai olahraga ekstrim BMX freestyle berinisiatif untuk mendirikan sebuah komunitas yang mereka namai Solo BMX Flatland. Komunitas ini mereka bentuk sebagai suatu wadah yang ditujukan untuk mengasah kreatifitas dan kemampuan berolahaga dengan sepeda BMX.
Selama ini para pecinta olahraga sepeda BMX belum memiliki ruang khusus yang mewadahi mereka untuk berekspresi dan melatih minat dan bakat mereka bermain sepeda BMX. Dan untuk itu mereka membutuhan bantuan dari pemerintah untuk bertindak sebagai fasilitator terhadap hobi dan minat mereka yang positif ini.
Girardt Setyawan selaku aktivis sekaligus pengagas berdirinya Solo BMX Flatland mengatakan bahwa kiprah komunitas BMX sudah me-nasional. Hal ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa sudah beberapa kali anak muda Solo dibawah bendera Solo BMX Flatland berhasil menyabet posisi juara dan penghargaan di ajang-ajang kompetisi BMX tingkat nasional.
Bahkan menurut pengakuannya, Girardt sendiri sudah pernah membawa nama kota Solo ke atas podium setelah dirinya berhasil menyabet Juara I dalam event Flatland Junior IIMS pada tahun 2011. Prestasi yang hampir sama juga pernah diraihnya saat mengikuti ajang kompetisi yang sama pada tahun berikutnya, hanya saja Solo BMX Flatland hanya meraih posisi juara II di Salatiga dan juara III di Jakarta.
Girardt mengatakan bahwa prestasi dan potensi anak muda di bidang olahraga tidak bisa diremehkan dan bahkan sudah banyak bukti yang bisa kita lihat saat ini. Yang dibutuhkan bagi anak-anak muda ini adalah ajang untuk berlatih dan berkreasi. Selama ini tempat mereka berlatih kurang representatif karena hanya mengandalkan lahan datar dan terbuka di Stadion Manahan. Memang tempatnya cukup luas, namun tentunya masih jauh dari kesan nyaman dan kondusif. Sebagai contoh, ketika hujan turun latihan, dengan terpaksa mereka harus menghentikan latihan sebab lapangan menjadi licin dan basah karena tidak ada penutup atapnya.
Komunitas ini mengharapkan pemerintah menyediakan dana untuk membangun tempat latihan indoor supaya latihan bisa terus berjalan kendati di luar sedang hujan. Ini penting mengingat dalam olahraga BMX terdapat banyak sekali trik-trik akrobatik untuk dapat melakukannya dengan baik maka dibutuhkan latihan yang sangat intensif. Selain itu diharapkan dengan adanya tempat berlatih yang representatif maka ini akan memicu minat pemuda lainnya untuk ikut bergabung sehingga lebih memberikan manfaat positif bagi para anak muda ketimbang cuma menghabiskan waktu nongkrong untuk kegiatan yang tidak jelas.
sumber http://www.gilasport.com/